Lama ga nulis, gatel juga pengen ngetik-ngetik...
Sebagai emak-emak yang punya blog...ciehhh...gaya ngga seh -walaupun blognya lebih sering didatengin laba-laba daripada yang punya :D- kayanya kurang afdol kalau ngga nulis tentang perkembangan anak2. Jadi kali ini pengen cerita satu step yang sudah dilewati oleh Raihan...jeng..jeng...Raihan sudah berhenti menyusu tepat pada usia 2 tahun 1 bulan..yeay...*Anakku, kamu sudah besar..-terharu-
Proses menyapih ini memang menjadi salah satu hal yang bikin para emak deg-degan. Apalagi mendengar cerita-cerita tentang susahnya menyapih anak. Sejak Raihan berumur satu tahun, aku mulai mencari referensi tentang proses menyapih ini, dari hasil googling ketemu dengan istilah "WWL = Weaning with love (menyapih dengan cinta) ". Menurut beberapa referensi, intinya adalah, membuat anak dengan sukarela tidak menyusu. Pertama kali membaca tentang ini langsung tertarik, karena sesuatu yang berhubungan dengan cinta selalu mebuat aku tertarik..halah..Tapi apakah pada prakteknya akan mudah? Karena selama ini yang sering aku dengar, jika seorang anak akan disapih, pasti sang Ibu melakukan sesuatu untuk mencegah anak itu menyusu. Seperti, memberikan kunyit, plester atau bahkan obat merah pada puting sang Ibu supaya anak enggan menyusu. Nah aku sebenarnya tidak mau melakukan hal tersebut, karena menurutku itu sama saja kita membohongi sang anak. Itulah kenapa aku sangat tertarik dengan proses WWL ini.
Suatu hari, saat ngobrol dengan salah satu rekan kantor, aku bertanya tentang proses menyapih anaknya, dan menurut ceritanya hal itu terjadi sangat mudah. Jadi si mba itu sebut saja mba N, sebelum anaknya berusia dua tahun selalu melakukan sugesti kepada anaknya bahwa nanti saat si anak 2 tahun maka sudah tidak menyusu lagi. Hal itu dilakukan terus-menerus dan berulang ulang setiap hari. Pada saat main maupun pada saat menyusu. Nah pada saat seminggu sebelum ulang tahunnya yang kedua, tau-tau si anak tidak mau menyusu. Amazing ga siy? benar-benar ngga mau tanpa paksaan.
Jadi mulailah aku membicarakan tentang proses WWL ini dengan suami. Alhamdulillah, si mas mendukung dan inilah yang kami lakukan :
- Sejak Raihan 18 bulan kami mulai men 'suggesti' Raihan. Tiap hari kami katakan "Raihan sekarang ... bulan, nanti kalau sudah 24 bulan udah ngga mimik bunda lagi ya". Bahkan sampai aku buatkan jingle -cieh- dengan nada lagu "happy birthday", liriknya seperti ini "...bulan lagi, Raihan dua tahun, bukan bayi lagi, ngga mimik bunda lagi". Dan aku selalu menyanyikan lagu itu setiap saat. Raihannya juga senang ikut nyanyi2 dan joget2 juga. Ngga tau tuch paham ngga ya dia artinya lagu itu..haha
- Sesuai dengan hasil googlingan, salah satu yang harus dilakukan yaitu tidak menawarkan menyusu jika balita tidak meminta. Tapi kayanya memang Raihan jarang ngga minta ngga nyusu, terutama kalau mau bobo. Tapi ya itu tadi, tidak menawarkan kalau Raihan ngga minta. Dan kayanya sejak 18 bulanan itu, Raihan ngga pernah minta mimik kalau lagi jalan-jalan. lumayan.
- Karena aku kerja, jadi aku terbiasa memerah ASI pada saat di kantor. Untuk menghindari pembengkakan pada saat proses menyapih, aku mulai mengurangi frekuensi memerah. Dari yang awalnya 3 kali sehari sampai hanya tinggal 1 kali sehari sejak Raihan 18 bulan. 1 bulan sebelum Raihan 2 tahun, aku memutuskan untuk tidak memerah ASI lagi saat di kantor. Apakah bengkak? awalnya iya, tapi masih normal dan aku juga ngga merasa sakit karena bengkak itu. Mungkin karena aku kerja seharian, maka lebih mudah bagi Raihan untuk tidak menyusu pada siang hari. Saat aku libur, Raihan lebih mudah dialihkan untuk tidak menyusu pada siang hari. Selain itu, sudah lama Raihan ngga minum ASIP pake dot jadi saat tidur siang, ngga pake acara minum susu dulu jika aku ngga di rumah.
- Hari H....jeng..jeng..Ternyata setiap anak itu unik, dan memang tidak bisa disamakan dengan anak lain. Begitu juga dengan Raihan. Sampai dengan usianya 2 tahun, Raihan masih tetap minta ASI. Yang paling sulit adalah membuat Raihan tidur malam tanpa menyusu. Kami mencoba mengalihkan perhatiannya, dengan cerita atau nyanyi atau main mobil-mobilan sambil tiduran, tapi tetap tidak bisa. Dan setiap diberitahu bahwa Raihan sudah dua tahun pasti dia selalu menjawab "engga..engga..mimik bunda aja".
- Sebenarnya banyak literatur yang menyebutkan bahwa tidak ada salahnya seorang anak disusui lebih dari 2 tahun, namun dengan beberapa pertimbangan kami memutuskan bahwa saat Raihan 2 tahun maka saatnya untuk mulai disapih.
- Akhirnya kami menetapkan waktu kapan Raihan akan disapih. Berat, karena yang terjadi adalah drama setiap mau bobo. Pertama kali tidak boleh menyusu sebelum bobo malam, Raihan nangis lama lebih dari 15 menit. Rasanya..ga tega banget. Hari pertama gagal, karena suami yang juga tidak tega mengatakan agar Raihan disusui saja hari itu. Sempat juga ada perdebatan antara aku dan suami, apakah tetap akan diberikan ASI jika Raihan menangis terus saat mau bobo malam. Suami keukeuh dengan pelan-pelan aja. Sedangkan aku kefikiran, kalau setiap nangis dikasih ASI nanti si anak akan belajar bahwa jika menangis maka akan diberikan ASI. Sempat galau, karena kalau teori WWL itu tidak boleh memaksa anak, jadi kalau keukeuh tidak diberi ASI dan anak menangis apakah bisa disebut WWL juga? saat yang galau. Tapi Alhamdulillah, kegalauan ini tidak bertahan lama, di hari ke-4 Raihan tudak minta ASI lagi kalau mau bobo malam. Walaupun ada konsekuensinya, seperti tidurnya jadi lebih malam dan kadang minta gendong jika mau bobo. Bahkan sekarang jika aku tunjukkan PD ku dan kutanya ini apa? Raihan akan menjawab "mimik buat adek bayi". Saat kutanya lagi, "Kalau Raihan gimana?"., maka Raihan akan jawab "dah becan (besar), ga mimik itu agi". I'm so proud of him, dan walaupun diselingi drama dan mungkin ga murni WWL ya, tapi setidaknya anakku beranggapan bahwa dia ngga nen lagi bukan karena nennya pait ato sakit, tapi karena nen itu untuk adek bayi dan dia bukan bayi...
itu cerita WWL versiku, tidak sempurna mungkin, tapi mudah2an jadi yang terbaik buat kami. Kesimpulannya, menyapih tidak hanya tentang ibu dan anak, tapi juga sang ayah. Apakah setelah menyapih kelekatan Raihan dan aku menjadi berkurang? Aku bisa jawab "tidak". Masih banyak hal yang kami lakukan bersama, ada saat-saat Raihan hanya ingin sama aku, ngga sama ayahnya ataupun pengasuhnya. Hal itu yang membuat aku yakin bahwa aku tidak salah menyapih Raihan di usia ini. Always love u son... ^_^
amazing...
BalasHapusBaca blognya Nita, kaya lg denger Nita cerita dgn suara khasnya.... cukup mengobati kerinduanku padamu... hahhaaa....
BalasHapusverty....kangen juga dech sama verty, dan terutama sama telaahan-telaahanmu...hihihi. Btw suaraku se khas itukah sampe segitunya dikangenin... :D
BalasHapus