Sabtu, 31 Agustus 2013

Rivalku = Partnerku

"Kalah dari Vietnam, RI Jadi Produsen Kopi Terbesar Ke-3 Dunia". Judul tersebut menghiasi media online Liputan 6.com. Saya sempat terfikir, kenapa ya, padahal wilayah Indonesia lebih luas dari Vietnam, selain itu Indonesia juga lebih dulu merdeka. Pasti ada sesuatu.

Jawabannya saya temukan kemudian. Menurut Direktur Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, Teguh Wahyudi, produksi kopi Indonesia masih kalah dengan Vietnam karena beberapa sebab. Pertama, belum menggunakan bibit unggul kopi secara intensif dan merata. Kedua, masih kurang terampilnya para petani lantaran kurang maksimalnya penyuluhan yang diberikan oleh para perangkat pemerintah daerah. Ketiga, kurangnya dukungan pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Mahalnya harga pupuk membuat kualitas dan produksi petani Indonesia tidak bisa maksimal. Keempat, teknologi yang kurang memadai. Lebih lengkapnya bisa dibaca di sini.

Melihat jawaban pak Direktur, menurut saya mudah saja jika Indonesia ingin meningkatkan produksi kopinya. Toh permasalahannya sudah ketemu, ya tinggal diatasi saja. Yang sulit itu kan jika akar permasalahannya saja tidak diketahui, bagaimana mengatasinya jika akar permasalahannya tidak diketahui. Yang diperlukan hanyalah kemauan dan kemampuan. Apakah kita mau dan mampu mengatasi permasalahan yang ada. Yang saya lihat dari berbagai permasalahan itu tidak lain terkait dengan peran pemerintah. Belum menggunakan bibbit unggul, kurangnya tenaga  penyuluh, mahalnya harga pupuk, masalah teknologi, semuanya bisa berbeda dengan peran serta yang maksimal dari pemerintah. Memang,tidak hanya peran pemerintah, namun peran semua pihak. 

Sekarang kita lihat kenapa vietnam bisa unggul produksi kopinya, padahal lahan kopi di vietnam tidak lebih besar dari Indonesia. Ternyata karena vietnam menggunakan bibit unggul dan pupuk terbaik, juga didukung penuh oleh pemerintahnya. Hmmm....sudah terlihat kan, kita bisa belajar dari vietnam tentang hal ini, tentang kemauan untuk meningkatkan produksi kopinya

Apakah Indonesia bisa mengungguli Vietnam? menurut saya bisa, jika ada kemauan untuk itu. Apakah itu berarti kita bersaing dengan vietnam dalam produksi kopi? ya, kenapa tidak. Persaingan itu bagus dan menyehatkan, asal dilakukan dengan cara-cara yang baik. Bukankah ada istilah "persaingan yang sehat". Jika tidak dilakukan dengan kecurangan, persaingan memang menyehatkan, karena bisa memacu kita untuk selalu maju. Misalkan jika Indonesia merupakan negara satu-satunya penghasil kopi di Dunia, mungkin justru Indonesia akan terlena dengan keadaan yang ada dan tidak meningkatkan produksi kopinya, malah mungkin menjadi mengeluh karena kewalahan menanggapi permintaan dunia. Saat itu kita mungkin merasa nomor satu, padahal sebenarnya justru kita jalan di tempat. seperti itulah pentingnya "rival". Secara tidak langsung "rival" justru semakin memacu kita untuk meningkatkan performa. 

Apakah kita tidak bisa menjadi partner dengan Vietnam dalam hal per "kopi" an ini? tentu saja bisa. berbagai kerjasama bisa kita lakukan (pemerintahnya maksudnya) untuk bersama-sama meningkatkan produksi kopi masing-masing negara. Apalagi Indonesia dan Vietnam sama-sama merupakan negara anggota ASEAN, yang salah satu tujuan dibentuknya memang untuk meningkatkan perekonomian negara anggotanya. Lagi pula, Vietnam kan memang sudah menjadi partner kita dalam produksi kopi. Loh kok bisa? ya itu tadi, seperti yang saya tulis di paragraf sebelumnya, persaingan Indonesia dan Vietnam dalam produksi kopi berguna untuk meningkatkan produksi kopi Indonesia. Nah apakah hal ini tidak bisa disebut sebagai partner? Persaingan dengan Vietnam dalam produksi kopi secara tidak langsung telah menjadikan Indonesia dan Vietnam menjadi partner bersama. Dengan tujuan yang sama, yaitu memenuhi permintaan kopi dunia.


Jadi, kenapa harus takut memiliki rival jika ternyata rival kita itu bisa menjadi partner kita dalam mencapai suatu tujuan... 




Sumber :

1. http://www.kemendag.go.i
2. http://www.tempo.co

10daysforASEAN # day 5 #
Read More

Jumat, 30 Agustus 2013

Rumahku Peraturanku, Rumahmu Peraturanmu

"Tok..Tok"...*suara pintu di ketuk
" Permisi Bu"
Pintu dibuka dan..."Cari siapa mbak?"
Pengetuk pintu : " Ini Bunda, saya mau menawarkan produk kecantikan"
Pemilik Rumah : "Wah, maaf mbak. Saya engga dulu ya, saya udah cukup cantik"...*Bunda pede
Pengetuk Pintu : "Ah, Bunda, saya belum juga menjelaskan. Boleh saya masuk dulu, nanti saya jelaskan informasi produknya"
Pemilik Rumah : "Maaf mbak, lain kali ya. Saya lagi repot. Kan tadi saya udah bilang saya udah merasa cantik"......*masih tetep pede
Pengetuk Pintu : baiklah...pergi sambil ngomel-ngomel

Pernah ngga mengalami kejadian seperti itu? Ada orang yang ingin masuk ke rumah kita dan tidak kita ijinkan, eh malah ngomel-ngomel. Saya sich tidak pernah, karena saya jarang di rumah..hehe. Lucu ya kejadian seperti itu. Itukan rumah kita, ya terserah kita dong siapa yang boleh masuk. Iya ngga...

Begitu juga dengan suatu negara. Negara merupakan rumah suatu bangsa atau suatu entitas politik (definisi menurut saya berdasarkan wikipedia). Karena negara merupakan rumah, maka untuk masuk ke dalam rumah tersebut ya harus seijin pemilik rumah. Apabila pemilik mengijinkan ya kita boleh masuk, apabila tidak mengijinkan ya kita nggak bisa masuk. Kalau kita masuk juga dengan tidak seijin pemilik rumah, kita bisa disebut pencuri. Dan seorang pencuri bisa dihukum meskipun tidak mengambil apapun di dalam rumah tersebut. Begitu juga dengan orang yang masuk ke suatu negara tanpa ijin, disebut imigran gelap, orang tersebut dapat dihukum.

Ijin yang diberikan oleh suatu negara untuk masuk dan tinggal sementara waktu di suatu negara disebut visa. Jadi, perlu ngga sich sebenarnya visa itu. Kalau menurut saya perlu. Seperti rumah kita, saat mengijinkan seseorang masuk, kita pasti akan melihat dulu siapa orang tersebut. Jangan sampai kita menerima tamu yang justru akan merugikan kita. Begitu juga suatu negara, jangan sampai yang masuk ke negara kita merugikan negara tersebut.

Menurut berbagai sumber, di beberapa negara ASEAN sudah membebaskan visa bagi negara anggotanya, jadi kita bebas keluar masuk negara tersebut tanpa visa. Berarti sebenarnya visa ngga penting dong?tuch nyatanya bisa bebas visa. Menurut saya pribadi, tidak bisa digeneralisir perlunya visa. Untuk kerjasama bilateral dan kemajuan berbagai bidang seperti ekonomi, pariwisata dan budaya, pembebasan visa memang bisa meningkatkan kemajuan pariwisata suatu negara. Tapi pembebasan visa bisa jadi hanya berlaku untuk beberapa negara saja. Contohnya Jepang, saat ini membebaskan visa untuk Malaysia dan Thailand, tapi tidak untuk Indonesia. Menurut kedubes Jepang untuk Indonesia, salah satu pertimbangannya karena masih banyak WNI yang overstay di Jepang (melebihi waktu ijin tinggal/terlambat mengurus ijin tinggal) -dari berbagai sumber- . Nah kan, berarti sah-sah saja apakah suatu negara akan membebaskan visa atau tidak. Semuanya tergantung pertimbangan negara masing-masing. Apakah negara tersebut akan dirugikan atau tidak dengan kedatangan seseorang. Memang pertimbangannya apa? Hmmm...kalau untuk menjawab pertanyaan ini, saya hanya bisa mengatakan mungkin terkait dengan keamanan, atau stabilitas ekonomi. Yang jelas dalam menetapkan pembebasan visa oleh suatu negara untuk negara lain, pasti sudah melalui kajian yang mendalam oleh ahli politik dan ekonomi negara tersebut. Yang perlu kita lakukan hanya menaati peraturan yang ada. Tidak bebas visa bukan berarti kita tidak boleh berkunjung kok, kita masih bisa berkunjung dengan mengurus visa sesuai peraturan yang ada. Jika semua peraturan dan persyaratan kita penuhi, pasti kita diberikan visa untuk mengunjungi negara tersebut. Bukankah dalam semua agama juga diatur masalah adab bertamu, nah begitu juga dengan bertamu ke negara lain. Ada peraturan atau adab yang harus kita patuhi.Rumahku peraturanku..Rumahmu peraturanmu...

Mau masuk ? Ketuk pintu dulu ^_^ (Gambar dari sini )


Sumber : 
1. http://id.wikipedia.org
2. http://dunia.news.viva.co.id
Read More

Kamis, 29 Agustus 2013

Indonesia, Beautiful Diversity

"Aslinya mana mbak?"
Pertanyaan itu seharusnya menjadi pertanyaan yang mudah dan singkat saja jawabannya. Tapi buat saya, menjadi sulit untuk menjawabnya. Jadi seringnya saya jawab saja : "Saya orang Indonesia". Eh yang nanya malah ngga puas, pasti melanjutkan pertanyaan. Jadilah obrolan singkat seperti ini .
Penanya : Indonesianya sebelah mana maksudnya mbak? Indonesia kan luas
Saya : Saya tinggal di Jakarta
Penanya : ooo...asli Jakarta?
Saya : maksudnya asli tuch gimana?
Penanya : ya lahir di Jakarta gitu?
Saya : Bukan, saya lahir di Jogja
Penanya : ooo orang Jogja. Tapi kok sampean ngga kayak orang Jawa, mirip orang Sumatera gitu?
Saya : Bapak saya memang orang Sumatera *mulai emosi
Penanya : berarti aslinya ya Sumatera, pinter bahasa sana berarti ya?
Saya : Ngga bisa, saya kan cuma bilang Bapak saya orang Sumatera....*tinggal pergi aja orangnya
Ya, seperti itulah contoh percakapannya, yang membuat saya bingung menjawab pertanyaan "asli mana". Saya memang lahir di Jogja, tapi sudah sangat lama tinggal di Jakarta. Ibu saya orang Jawa, Ayah saya orang Sumatera. Nah silahkan mengartikan sendiri saya ini orang mana...

Mungkin tidak hanya saya yang mengalami kejadian itu, saya yakin banyak teman-teman yang juga seperti saya. Bahkan teman saya lebih ruwet lagi, Ibunya keturunan Jawa-Manado, Ayahnya keturunan Sumatera-Ambon, dia sendiri lahir di Papua, tapi dibesarkan di Jakarta. Nah jadi lebih susah kan menjelaskan asal-usulnya. Jawaban yang pas ya sebut saja orang Indonesia. Bukan salah kita kok kalau seperti itu, salahnya Indonesia kenapa punya daerah yang begitu luas dan suku yang begitu banyak...*halah malah nyalahin Indonesia.

Dari Sabang sampai Merauke ( Gambar dari sini )

Indonesia memang luas kok, daerahnya saja dari sabang sampai merauke. "Dari sabang sampai merauke berjajar pulau-pulau"...*nyanyi-nyanyi sendiri. Saya pribadi baru menginjakkan kaki di sabang, tapi belum pernah ke Merauke, padahal umur saya sudah tua lho..hiks...*malah curhat. Bahkan karena luasnya wilayah Indonesia kita sampai memiliki 3 zona waktu yang berbeda (WIB, WITA, WIT). Keren ya Indonesia. Dari daerah yang begitu luas, wajar saja jika Indonesia terdiri dari beragam suku.  Dan pastinya setiap suku memiliki budaya dan adat yang berbeda. Jangankan yang beda suku, yang satu suku saja bisa punya beberapa logat bahasa dan pakaian khas daerah yang berbeda. Sebut saja suku Jawa ada Jawa Timuran, ada Jawa Tengah, ada Jawa Jogja...dll  (sepertinya masih banyak ragamnya, tapi karena bukan ahli budaya saya tidak bisa menyebutkannya satu persatu).

Selain bahasa dan budaya yang berbeda, makanan khas di Indonesia juga banyak ragamnya, ya itu tadi menyesuaikan daerah masing-masing. Sebut saja rendang dari padang, ikan dabu-dabu dari manado, gudeg dari Jogja dan masih banyak jenis makanan khas Indonesia. Kalau dibikin buku bisa tebel banget mungkin bukunya *yuk monggo siapa yang mau nulis tentang seluruh makanan khas Indonesia termasuk sejarah dan resepnya. Indonesia juga memiliki tipe daerah yang berbeda-beda, ada daerah pegunungan yang sejuk udaranya, ada juga daerah pantai yang cukup terik. Namun semua itu bisa menjadi tempat wisata yang menarik. Sebut saja Gunung Bromo di Jawa Timur, Pantai Kuta di Bali, Pantai Iboih di sabang, Raja Ampat di Papua. Walaupun berbeda-beda tapi semuanya cantik, semuanya Indonesia.

Keanekaragaman yang indah, itulah Indonesia. Hmmm...kenapa tidak dijadikan tagline untuk pariwisata Indonesia saja. Memang benar kan Indonesia itu penuh dengan perbedaan, dari Sabang sampai Merauke  semuanya berbeda. tapi semuanya indah. Indonesia memang kaya, banyak yang kita miliki, walaupun semua berbeda-beda. Justru itulah cantiknya Indonesia, dipenuhi dengan perbedaan. 
" Indonesia, Beautiful Diversity "
Senyum Indonesia yang berbeda-beda ( Gambar dari sini )
10daysforASEAN # Day 3 #


Read More

Rabu, 28 Agustus 2013

"Maju Bersama ASEAN"

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) itu organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Kenapa didirikan? Menurut berbagai sumber, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, memajukan perdamaian dan stabilitas di tingkat regionalnya, serta meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan damai. Anggotanya siapa? seluruh negara di Asia Tenggara. Apakah itu berarti negara-negara di ASEAN itu serumpun? untuk jawabannya, mari kita telaah lebih lanjut *pasang kacamata biar kayak profesor :D

Pertama, apa yang dimaksud dengan serumpun? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) serumpun artinya satu nenek moyang, satu keturunan, sekelompok yang berasal dari satu induk. Perumpamaannya seperti saudara sekandung/satu keturunan (se-ayah dan se-ibu). Pada saudara sekandung pastilah ada kemiripan wajahnya ,saudara kandung se-ayah tapi tidak se-ibu ataupun se-ibu tapi tidak se-ayah juga pasti memiliki kemiripan wajah
walaupun sedikit saja. Perumpamaan ini asli dari saya lho, bukan dari KBBI..hehe. Kembali pada negara-negara di ASEAN? Apakah dapat dikatakan serumpun? Kalau melihat dari perumpamaan dari saya pribadi tadi, dikatakan serumpun jika ada kemiripan wajah. Dilihat dari kemiripan wajah, memang masih ada kemiripan antara penduduk negara-negara ASEAN. Contoh beberapa gambar berikut :

Filipina (gambar dari sini)
vietnam (gambar dari sini )
Brunei Darussalam (gambar dari sini )
Dilihat dari tipikal wajah dan warna kulit memang ada kemiripan, jadi apakah negara-negara di ASEAN serumpun?menurut saya tidak. Karena salah satu negara ASEAN adalah Indonesia. Mungkin dengan penduduk Indonesia bagian barat, masih ada kemiripan wajah dan warna kulit, namun tidak untuk penduduk Indonesia bagian Timur. Ini opini pribadi saya lho, tidak dijamin kebenarannya karena saya bukan ahli sejarah...hehe

Jadi maksudnya negara-negara di ASEAN tidak serumpun? Kembali ke pertanyaan itu, menurut saya tidak menjadi masalah apakah negara-negara di ASEAN serumpun atau tidak, karena tujuan dibentuknya ASEAN bukan karena serumpun. Kita tidak melihat sejarah asal nenek moyang kita saat membentuk ASEAN, tapi kita melihat tujuan ke depan. Bagaimana supaya negara-negara di Asia Tenggara ini dapat bersatu dan saling memajukan satu sama lain.

Sesuai dengan tujuan didirikannya ASEAN, diharapkan akan adanya stabilitas ekonomi dan perdamaian yang baik di Asia Tenggara, sehingga setiap negara di Asia Tenggara ini dapat semakin memajukan negaranya dengan dukungan dari negara-negara tetangga terdekat. Siapa lagi kalau bukan negara-negara di ASEAN. Umpamakan seperti kita dirumah, apabila mempunyai tetangga rumah yang judesnya minta ampun dan sukanya ngajak berantem, pasti hidup kita ngga enak kan?Kita jadi sibuk berantem dengan tetangga dan akhirnya malah tidak mengurusi rumah tangga. Nah, analoginya seperti itu. Bagaimana kita bisa membangun negara kita jika kita selalu bermusuhan dengan negara tetangga.  Jadi perlu sekali diciptakan hubungan kerjasama yang baik antara negara-negara di Asia Tenggara ini, yaitu dengan dibentuknya ASEAN.

Pada waktu pertama kali dibentuk, ASEAN hanya beranggotakan lima negara. Sekarang, sudah beranggotakan 10 negara atau dengan kata lain seluruh negara di Asia Tenggara sudah menjadi anggota ASEAN. Yeay...huray.. (eh negara Timur Leste belum jadi anggota, tapi itu masuk Asia Tenggara bukan ya? *fiu..tanya mbah Google dulu). Dengan 10 negara anggota  ASEAN, diharapkan dapat semakin meningkatkan perekonomian dan kemajuan sosial negara-negara anggotanya. Diharapkan perdamaian akan terus terjalin diantara negara-negara ASEAN. Persaingan memang tidak dapat dihindarkan, namun dengan bersatu di bawah ASEAN diharapkan akan tercipta persaingan yang sehat antar negara. 

Jadi kesimpulannya, marilah kita tatap kedepan, menyongsong masa depan dengan menyatukan visi dan misi untuk kemajuan ASEAN. Bersatulah Asia Tenggara, bersama ASEAN kita maju...

gambar dari sini
Sumber : 
1. http://id.wikipedia.org
2. http://kbbi.web.id/



















Read More

Selasa, 27 Agustus 2013

" Kembali Ke Selera Asal "

Salon....
Hmmm...apa yang ada dibenak kita saat mendengar kata salon? 
Kalau saya ditanya tentang salon 20 tahun yang lalu, saat masih memakai seragam merah putih -ups..ketauan umur dech :( -, saya akan menjawab salon itu tempat potong rambut dan tempat keriting rambut yang baunya minta ampun. Karena saat itu saya hanya mengenal fungsi salon sebagai tempat potong rambut dan kebetulan saat potong rambut bersamaan dengan orang yang sedang mengeriting rambutnya, *kebayang kan baunya di hidung anak kecil..:D.
Kalau saya ditanya tentang salon 10 tahun yang lalu, masih imut juga sich saat itu. Saya akan menjelaskan bahwa salon adalah tempat perawatan kecantikan yang lumayan mahal untuk mahasiswa kos-kosan seperti saya..hiks
Nah kalau ditanya tentang salon saat ini, jawaban saya pasti "Yuk, kangen spa-spa niy"....*gaya ya

Melihat metamorfosa definisi salon oleh saya pribadi, saya menyimpulkan bahwa, saya pribadi telah melihat perluasan fungsi dari salon berdasarkan kebutuhan. Kalau dulu kebutuhan saya akan salon hanya sebatas potong rambut, sekarang kebutuhan saya akan salon sudah meluas sampai ke tingkat perawatan tubuh.

Pertanyaan selanjutnya adalah, dengan banyaknya jenis salon yang ada saat ini, apakah saya selalu berganti-ganti salon?
Saya sadari, saat ini fungsi salon sudah sangat luas. Berbagai macam jenis salon bermunculan di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Mulai dari salon yang mengkhususkan diri dengan perawatan wanita, sampai salon khusus untuk ibu hamil dan bayi. Wow banget ya. Dan yang lebih wow lagi, rutinitas ke salon sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan sebagai kegiatan mengisi waktu liburan *pengalaman setiap ke mall pada waktu liburan melihat salon Johnny Andrean selalu penuh
Nah menjawab pertanyaan diatas, meskipun terdapat banyak salon dengan berbagai jenisnya, saya bisa katakan bahwa saya orang yang setia...*ehemm. Setia dalam artian, jika saya pergi ke salon dan sudah merasa cocok dengan salon tersebut saya akan setia datang ke salon itu. Namun karena saya juga suka hal-hal baru, saya tidak pernah ragu untuk mencoba salon baru...haha..*ngga konsisten

Masih berkaitan dengan salon, bagaimana jika ada salon thailand bersertifikat internasional yang di buka di Indonesia, lebih tepatnya di Jakarta?Apakah akan kesana?
Jawaban saya : emang ada ya? *haha..ga gaul..

Berbicara tentang salon Thailand ini. Saya membaca di koran-koran bahwa saat ini memang sudah ada tempat pijat Thailand di Jakarta. Contohnya Blush Traditional Thay Therapy yang terletak di kawasan Jakarta Selatan. Menurut iklannya, para terapisnya telah mengikuti pelatihan dan bersertifikat dari Thailand sana. Apakah ini termasuk kategori salon thailand? Saya sendiri tidak paham, karena yang terkenal dari Thailand memang pijatannya ya (menurut berbagai sumber), karena saya sendiri belum pernah ke Thailand..hehe..Dari iklan yang saya baca, dan beberapa ulasan di media cetak, pemilik Blush Traditional Thay Therapy ini orang Indonesia, dan terapisnya juga orang Indonesia yang dilatih di Thailand. Jadi tidak ada keterlibatan Thailand disini selain sebagai jenis pijatan. Bahkan aroma therapy yang digunakan justru diimpor dari Australia, bukan Thailand. 

Dari situlah saya berpendapat bahwa, apapun yang ada di Indonesia meskipun memakai nama yang terkesan "Luar Negeri", sebenarnya tetap merupakan milik anak bangsa. Hanya saja mengadopsi milik Negara Lain karena memang, sesuatu yang berbau "Luar Negeri" itu sangat laku di Indonesia. Apakah kemudian pijat-pijat ala Thai ini akan memusnahkan pijat-pijat ala Indonesia seperti pijat ala Bali atau ala Jawa? Saya rasa tidak, bagaimanapun saya merasa bahwa sebenarnya orang Indonesia itu sangat cinta akan negrinya. Meskipun ada keingintahuan akan sesuatu yang berbau "Luar Negri" seperti pijat ala Thailand ini, kerinduan akan nuansa pijat Indonesia tetap akan membuat kita kembali ke selera asal.

Huff....jadi serius kok ya pembicarannya? Jadi pengen pijet-pijet di salon...spa yuuk... :)

gambar dari sini

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=152775
http://pijatthailand.wordpress.com/

Read More

Minggu, 25 Agustus 2013

[2013 Indonesian Romance Reading Challenge] #1 "The Strawberry Surprise"

"Tak ada yang tahu bagaimana cara kenangan bekerja. Ia bebas keluar masuk ingatan seenaknya sendiri. Lalu, tiba-tiba sosoknya datang penuh kejutan. Menghampiri dan menawari cinta itu hadir kembali"

Kalimat dibelakang buku itu yang membuatku memutuskan untuk membaca buku ini. Pilihan kalimat yang aku suka, sepertinya "dalem banget". Secara aku suka nonton film korea yang menyentuh hati, jadi selera buku pun ngga jauh beda, suka sama yang modelnya unyu-unyu gini *ga penting...:D

Awal membaca buku ini aku sudah menebak bagaimana akhir ceritanya, pasti suatu "happy ending". Namun kalimat demi kalimat yang disajikan membuatku tidak bisa berhenti di tengah jalan.  

"Stroberi itu buah penuh kejutan. rasanya kadang manis, kadang masam. seperti memiliki kemungkinan yang tidak terduga"...."Nah, kisah cinta kurang lebih seperti itu. seperti stroberi"
-prolog-

Mengisahkan kisah cinta tidak biasa antara Aggi dan Timur. Diceritakan secara flash back dengan sangat baik oleh sang penulis, bahkan sampai di tengah cerita aku masih belum sadar kalau itu flash back...haha *lemot. 
Aggi digambarkan sebagai gadis penyuka strawberry dengan karakter yang menurutku sangat tidak biasa. Dalam benakku, gadis penyuka strawberry pastilah gadis girly yang sangat peduli pada penampilan, imut dan unyu-unyu, serta terkesan rapuh. Kalau untuk ukuran sekarang "Cherrybelle" banget lah. Namun penulisnya justru menggambarkan sosok Aggi sebagai wanita sederhana yang suka fotografi dan bekerja di galeri seni, tidak terlalu memperdulikan penampilan, meskipun sebenarnya cukup manis dan berkarakter kuat (kalau tidak bisa dikatakan keras kepala).
"....Relasi yang hampa. Apa baiknya mempertahankan relasi spesial kosong dengan angan-angan suatu saat hubungan ini akan membaik. Buatku, lebih baik berpisah....."...hal.124

Timur digambarkan sebagai sosok yang tampan, bekerja di biro iklan dan pandai bermain saxofon. kebayang ngga sich sexy nya...hehe. Aku membayangkan sosok Timur ini sangat mengenal dan mencintai Aggi.
" Tuhan, betapa dia merindukan suara Aggi...."...hal.239

Menurutku penulisnya benar-benar fokus pada ide cerita. Sepertinya ide awal penulisan ini dari "buah strawberry", yang digambarkan sebagai buah penuh kejutan dan dianalogikan seperti cinta yang juga penuh kejutan. Cerita dalam buku ini juga disajikan penuh kejutan, kisah-kisah yang tidak terduga ditampilkan. Bagian yang kurang aku suka, hanya pada saat Aggi menceritakan pria-pria lain yang dekat dengannya. Pria-pria itu seperti palsu, sangat jauh berbeda dengan Timur sehingga terkesan seperti khayalan Aggi saja. Selain itu cover buku ini juga kurang "eye catching" ya. Pendapat pribadi lho ya

Kesimpulannya :aku suka buku ini. Apalagi setting ceritanya di Yogyakarta  dan Bandung. Kota-kota yang terkenal romantis...*halah. Dan diceritakan Yogya- Bandung ditempuh dengan kereta api..Hmm...entah kenapa kereta api menurutku mempunyai aura romantisme. Saat membaca buku ini langsung terbayang romantisnya Jogja...-jadi pengen ke Jogja lagi- *ambisi pribadi :D

pict from : http://www.yogyes.com
Jadi bagi yang pengen menikmati bacaan ringan, yang bisa menimbulkan efek tersipu-sipu..silahkan dibaca bukunya mba Desi Puspitasari ini.. :)

Keterangan Buku :
Judul : The Strawberry Surprise
Pengarang : Desi Puspitasari
Tebal halaman : 267
Diterbitkan oleh : Penerbit Bentang
Cetakan pertama : Mei 2013


Ps : ini pertama kalinya nulis resensi novel, kelebihan dan kekurangannya harap dimaklumi.
Read More

Jumat, 23 Agustus 2013

Awali hari dengan “Kopi instan & cappuccino Good Day, kopi gaul paling enak”

"Aku ngga suka kopi"....itu jawabanku setiap ditawari untuk minum kopi. "Aku hanya suka mencium aroma harumnya", itu jawaban lanjutanku setiap ditanya kenapa.

Di dalam keluargaku, tidak ada yang suka minum kopi, mungkin itulah alasannya kenapa aku tidak pernah minum kopi. Aku pernah mencoba minum kopi sekali waktu, penasaran dengan rasanya. Tapi setelah itu keputusanku tetap sama, aku ngga suka minum kopi. Mungkin karena aku tidak ahli menyeduh kopi -maklumlah aku bukan barista-, aku tidak bisa menemukan kenikmatan minum kopi, meskipun aku suka sekali mencium harum kopi. Itu sebelum aku mengenal "Kopi instan & cappuccino Good Day, kopi gaul paling enak"



Sampai suatu ketika, aku harus tinggal dan bekerja di Banda Aceh. Selain terkenal sebagai Serambi Mekah, kota ini juga dijuluki sebagai "Kota seribu warung kopi". Julukan ini diberikan karena hampir kemanapun kita pergi, kita akan bertemu dengan warung kopi. Dari cafe besar sampai warung kopi kecil-kecil yang ada di gang-gang di perkampungan penduduk.

Suatu hari aku dan teman-temanku mengunjungi salah satu warung kopi itu. Awalnya aku tidak mau memesan kopi, tapi salah seorang temanku bilang "ke warung kopi kok ngga minum kopi?". Jadilah aku memberanikan diri memesan kopi, dan mencoba "Kopi instan & cappuccino Good Day, kopi gaul paling enak". Ternyata pilihanku tidak salah, kopi ini rasanya berbeda dari yang pernah aku coba dulu. aku suka rasa manis tapi juga tidak suka yang terlalu manis. Perpaduan antara rasa manis dan pahitnya sangat sesuai. Rasanya pas di lidahku. Kesimpulannya : aku suka :)

Sejak itu aku jadi berani dan suka minum kopi. Apalagi saat itu aku sering bekerja sampai larut malam. Saat jenuh menghadapi tumpukan dokumen dan pedihnya mata di depan layar komputer, biasanya aku akan menyeduh dan menikmati kopi. Aku bisa mencoba berbagai macam kopi yang berbeda karena “Kopi instan & cappuccino Good Day, kopi gaul paling enak” punya banyak pilihan rasa. Aku suka yang ini


dan yang ini,

 Ssst, rasa yang terakhir ini oke juga diminum panas lho... :)

Tinggal di Banda Aceh dengan seribu warung kopinya membuat aku dan teman-teman sering pergi ke warung kopi, hanya sekedar berbincang-bincang di sore hari atau sarapan di pagi hari. Apalagi warga disana juga terbiasa minum kopi, sehingga warung kopi selalu ramai pengunjung. Menikmati kopi di warung kopi menjadi suatu hiburan tersendiri bagi kami yang tinggal jauh dari keluarga. 

Kebiasaan minum kopi ini masih terbawa sampai aku pindah ke Jakarta. Walaupun sekarang aku jarang ke warung kopi, bahkan hampir tidak pernah, namun aku masih terbiasa minum kopi. Apalagi teman-teman di ruangan juga suka minum kopi, jadi aroma kopi begitu harum memenuhi ruangan. Saat itulah aku akan langsung menyeduh “Kopi instan & cappuccino Good Day, kopi gaul paling enak”. Apalagi, ditemani roti tawar seperti bekal sarapanku pagi ini...hmmm...rasanya nikmat sekali



Selamat pagi. Selamat mengawali hari dengan "Kopi instan & cappuccino Good Day, kopi gaul paling enak"... ^_^




Disclaimer : tulisan di luar tanggung jawab PT. Santos Jaya Abadi
Read More

Senin, 19 Agustus 2013

Lampion, Telor Merah dan Angpau :)

Momen ramadhan dan lebaran selalu mengingatkan aku akan indahnya masa kecilku. Dari sejak awal puasa, sampai saat Sholat Ied, semuanya menjadi saat-saat yang selalu menyenagkan untuk dikenang. Kali ini pengen cerita tentang momen lebaran.

Aroma lebaran sudah terasa sejak malam takbiran. Masjid yang terletak tidak jauh dari rumahku, membuat suara takbir terdengar sangat jelas. Terasa syahdu saat mendengarnya dan aura kemenangan pun menelusup hingga ke sanubari.



Yang menjadikan malam takbiran selalu menyenangkan bagiku saat itu, salah satunya karena ada takbir keliling. Setelah sholat isya, aku (yang waktu itu masih piyik), sudah mulai bersiaap-siap berkumpul di masjid untuk mengikuti takbir keliling. Panitia sudah heboh, mendata peserta yang ikut, menyiapkan dan merapikan seragam kami, menyiapkan lampion yang mau dibawa, tidak lupa kakak-kakak panitia menyiapkan makanan ringan dan obat-obatan yang mungkin diperlukan. Maklum yang ikut takbiran keliling masih krucil-krucil jadi harus disiapkan segala seuatunya.. :D. Padahal seingatku, selama mengikuti takbir keliling ini, kami belum pernah menang..haha..tapi kami tetap semangat untuk selalu mengikuti takbir keliling ini. Menang ngga menang yang penting seru.

Karena ada kegiatan takbir keliling ini, kami (aku dan kakak-kakakku) tidak mau pergi ke rumah nenek sebelum lebaran. Kami tidak ingin ketinggalan moment menyenangkan ini, setahun sekali gitu lho. Ada kepuasan tersendiri saat mengikuti kegiatan ini. Setelah sebelumnya kami menyiapkan segala sesuatunya (seragam yang akan dipakai, lampion, latihan berbaris, dll), rasanya tidak mungkin kami tidak mengikutinya. Belum lagi saat semua peserta takbir keliling dari berbagai masjid sudah berkumpul di Lapangan, kami bisa melihat berbagai macam bentuk lampion, indah banget. Ada juga yang menggunakan obor, tapi kebanyakan peserta menggunakan lampion, selain bisa didesain dengan lebih menarik, anak-anak lebih aman membawanya. Hmmm...jadi kangen pengen liat lampion lagi di malam takbiran. Oh iya, ternyata kegiatan ini sampai sekarang masih ada lho (sesuai cerita kakakku saat berkunjung kesana kemarin). Jadi buat yang penasaran, seperti apa takbiran keliling ala krucil ini, monggo datang saja ke Jogja..

Tjerita Hari Raya berlanjut di pagi harinya. Kami beramai-ramai mengikuti sholat Ied di lapangan, tidak terlalu jauh dari rumah, cukup berjalan kaki. Tapi untuk ukuran kaki kecilku saat itu, perjalanan ke lapangan itu sangat jauh, ditambah lagi kami harus membawa tikar sebagai alas sholat. Jadi berasa sesuatu deh... :D. Nah di tempat sholat itu, setiap lebaran selalu ada penjual telor merah. Karena tidak ada foto jadi dideskripsikan saja. Telor merah : Telor rebus yang ditusuk dengan lidi, dengan kulit telornya berwarna merah –sampai sekarang ngga tau kok bisa gitu- , terus dihias dengan kertas krep. Yah gitu lah pokoknya. Aku selalu tertarik untuk membelinya, maklum anak-anak, sesuatu yang berwarna cerah selalu menarik. Tapi ibuku tidak pernah mengijinkannya, kata ibuku “Itu telor rebus biasa ndhuk”.  Tapi ya namapun anak-anak, kalau belum kesampaian masih penasaran. Sampai suatu hari, selesai sholat Ied, ibuku mengijinkan aku membelinya. Dan ternyata benar, setelah dikupas kulitnya yang merah itu, isinya ya telor rebus biasa...hahaha...dan penontonpun kecewa.

Selanjutnya, setelah Sholat Ied, kami bersiap-siap ke rumah simbah (red:nenek) dari pihak Ibuku. Simbahku tinggal di Sleman, sedangkan aku saat itu tinggal di kota Yogya. Perjalanan ke rumah nenek kami lakukan dengan menggunakan bus. Sebenernya tidak terlalu jauh,tidak sampai satu jam tapi untuk ukuran kami yang masih kecil ini, perjalanan busnya terasa lama sekali. Jadi sebelum pergi, ibuku repot menyiapkan segala jenis makanan ringan untuk dimakan selama perjalanan. Belum lagi ada seorang kakakku yang selalu mual jika naik bus, jadi ibuku harus menyediakan permen yang cukup banyak supaya kakakku tidak mual. Ibuku tidak memasak ketupat di rumah, karena nanti kita akan makan ketupat di rumah simbah.
Sampai di rumah simbah, acaranya seperti biasa, acara sungkeman. Kalo kami yang masih krucil-krucil ini, cuma cium tangan sama simbah. Nah kalo Ibu, Bapak dan saudara-saudara ku yang lebih tua melakukan sungkeman. Dulu, aku sampai bertanya sama Ibuku, “emang kalo sungkeman ngomong apa siy bu, kok bisa lama?”..pikiran anak kecil emang polos ya. Padahal setelah aku dewasa, terjawab sudah, ternyata kita bisa otomatis sungkeman dan mengungkapkan apa yang ingin kita sampaikan ke simbah...
Karena keluarga dari pihak Ibuku merupakan keluarga besar (Ibuku 7 bersaudara), rumah simbah saat lebaran jadi rame banget. Seru rasanya.

Di keluarga besar kami, sudah menjadi tradisi saat lebaran, pihak yang lebih muda akan mengunjungi pihak yang lebih tua, jadi pada saat lebaran kami bisa bertemu dengan orang yang sama berkali-kali. Misalkan, adek dari simbah datang ke rumah simbah untuk  berhari raya. Otomatis kami yang sedang menginap di rumah simbah juga bertemu dengan adek simbah tersebut. Tapi kami tetap berkewajiban berkunjung ke rumah adek simbah. Karena kami yang lebih muda. Tradisi saling berkunjung tersebut menyebabkan Hari Raya di kampung simbah masih terasa ramai sampai seminggu. Tapi sejak aku mulai agak besar, tradisi seperti itu sepertinya mulai berkurang, hanya di lingkungan keluarga saja masih seperti itu, tapi jika yang hubungan kekeluargaanya tidak terlalu dekat sudah tidak terjadi lagi kegiatan saling berkunjung. Padahal kan seru ya, kapan lagi kita saling berkunjung. Karena kadang kita merasa memerlukan suatu alasan untuk mengunjungi seseorang. Walaupun tidak harus selalu seperti itu.

Dan...tentu saja yang paling menyenangkan saat Hari Raya bagi anak-anak itu, mendapat banyak Tunjangan Hari Raya (red : angpau), hehehe

“Tulisan ini diikutkan dalam Tjerita Hari Raya yang diselenggarakan oleh @leutikaprio.”
Read More

Jumat, 16 Agustus 2013

Aku Bukan Orang Sombong

Aku merasa aku termasuk orang yang beruntung, dilahirkan di keluarga yang sederhana dan dibesarkan dilingkungan yang nyaman untuk anak-anak (sesuai postingan yang ini ). Mungkin karena berada di lingkungan yang nyaman, aku merasa cepat sekali belajar atau menangkap sesuatu. Saat TK aku sudah bisa membaca dengan lancar, untuk ukuran jaman dulu bisa baca sebelum masuk SD itu luarr biasa (*duh jadi ketauan dech kecilnya taun berapa :D). Saat TK dan SD aku menjadi kesayangan guru. Dari kelas satu sampai kelas 6, predikat ranking satu tidak pernah luput dari tanganku. Saat mengambil raport, ibu ku selalu pulang dengan bingkisan. (Di sekolahku dulu yang rangking 1, 2 dan 3 dapat kado dari bu Guru). Begitu juga di TPA (sekolah ngaji), aku selalu diikutkan dalam berbagai lomba. Istilahnya, akulah si anak pintar.

Hal ini masih berlanjut sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Aku lulus SD dengan nilai yang memuaskan. Dengan nilai itu aku masuk ke SMP yang lumayan bergengsi. Sempat agak minder karena teman-teman baruku di SMP NEM nya lebih tinggi dari aku. Tapi ternyata rangking di kelas masih jadi langgananku, rangking 3 sudah paling jelek buatku. Aku masih jadi kesayangan guru-guru. Bahkan sempat menjadi juara di sekolah, tidak hanya di kelas.

Prestasi disekolah itu membuat aku merasa sedikit sombong, sampai kala itu sempat terfikir "bosen ya rangking satu terus, kayak ga ada tantangan"

Aku lulus SMP juga dnegan nilai yang memuaskan, dengan nilai itu aku bisa masuk Sekolah Unggulan di Jakarta. Hanya dua orang di sekolahku yang bisa masuk sekolah itu. Saat itu rasanya puas banget. Selain itu, kelas-kelas ini diurutkan berdasarkan NEM, dan saat itu aku masuk ke kelas urutan ke tiga dari tujuh kelas, yang artinya NEM ku lumayan bagus.

Ternyata sekolah di sekolah unggulan itu memang tidak mudah, kami masuk pukul 6.45 dan pukul 3.30 sore. Saat sekolah lain mungkin sudah tutup, sekolah kami baru pulang. Bahkan saat terdapat peraturan bahwa siswa di Jakarta sekolah 5 hari kerja, sekolah kami memutuskan pulang pukul 4 sore. Pelajarannya juga menurutku lebih berat *perasaanku aja kali ya. Saat itu entah kenapa, aku merasa susah banget menerima pelajaran. Aku mendapat nilai-nilai yang belum pernah aku dapatkan sebelumnya. Bayangkan, aku pernah mendapatkan nilai "1" di kertas ulanganku. Sepertinya nilai itu diberikan guruku sebagai "upah nulis", karena jawabanku salah semua..haha...*miris ya

Ternyata inilah jawaban Allah atas kesombonganku. Di sekolah ini aku disadarkan, bahwa masih banyak yang lebih pintar dari aku. Dulu, aku sampai bosan menjadi juara kelas. Ternyata di sekolah ini aku bahkan tidak pernah merasakan menjadi juara kelas. 

Tapi disinilah aku menjadi sadar, tidak semua yang diatas itu akan selalu berada diatas, aku menjadi sadar bahwa masih banyak yang lebih baik dari aku.

Alhamdulillah, Allah SWT masih sangat sayang padaku. Dia tidak mengijinkan aku menjadi manusia yang sombong. 






Read More
Diberdayakan oleh Blogger.

© haafidhanita-forever in love, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena