Sabtu, 31 Agustus 2013

Rivalku = Partnerku

"Kalah dari Vietnam, RI Jadi Produsen Kopi Terbesar Ke-3 Dunia". Judul tersebut menghiasi media online Liputan 6.com. Saya sempat terfikir, kenapa ya, padahal wilayah Indonesia lebih luas dari Vietnam, selain itu Indonesia juga lebih dulu merdeka. Pasti ada sesuatu.

Jawabannya saya temukan kemudian. Menurut Direktur Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, Teguh Wahyudi, produksi kopi Indonesia masih kalah dengan Vietnam karena beberapa sebab. Pertama, belum menggunakan bibit unggul kopi secara intensif dan merata. Kedua, masih kurang terampilnya para petani lantaran kurang maksimalnya penyuluhan yang diberikan oleh para perangkat pemerintah daerah. Ketiga, kurangnya dukungan pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Mahalnya harga pupuk membuat kualitas dan produksi petani Indonesia tidak bisa maksimal. Keempat, teknologi yang kurang memadai. Lebih lengkapnya bisa dibaca di sini.

Melihat jawaban pak Direktur, menurut saya mudah saja jika Indonesia ingin meningkatkan produksi kopinya. Toh permasalahannya sudah ketemu, ya tinggal diatasi saja. Yang sulit itu kan jika akar permasalahannya saja tidak diketahui, bagaimana mengatasinya jika akar permasalahannya tidak diketahui. Yang diperlukan hanyalah kemauan dan kemampuan. Apakah kita mau dan mampu mengatasi permasalahan yang ada. Yang saya lihat dari berbagai permasalahan itu tidak lain terkait dengan peran pemerintah. Belum menggunakan bibbit unggul, kurangnya tenaga  penyuluh, mahalnya harga pupuk, masalah teknologi, semuanya bisa berbeda dengan peran serta yang maksimal dari pemerintah. Memang,tidak hanya peran pemerintah, namun peran semua pihak. 

Sekarang kita lihat kenapa vietnam bisa unggul produksi kopinya, padahal lahan kopi di vietnam tidak lebih besar dari Indonesia. Ternyata karena vietnam menggunakan bibit unggul dan pupuk terbaik, juga didukung penuh oleh pemerintahnya. Hmmm....sudah terlihat kan, kita bisa belajar dari vietnam tentang hal ini, tentang kemauan untuk meningkatkan produksi kopinya

Apakah Indonesia bisa mengungguli Vietnam? menurut saya bisa, jika ada kemauan untuk itu. Apakah itu berarti kita bersaing dengan vietnam dalam produksi kopi? ya, kenapa tidak. Persaingan itu bagus dan menyehatkan, asal dilakukan dengan cara-cara yang baik. Bukankah ada istilah "persaingan yang sehat". Jika tidak dilakukan dengan kecurangan, persaingan memang menyehatkan, karena bisa memacu kita untuk selalu maju. Misalkan jika Indonesia merupakan negara satu-satunya penghasil kopi di Dunia, mungkin justru Indonesia akan terlena dengan keadaan yang ada dan tidak meningkatkan produksi kopinya, malah mungkin menjadi mengeluh karena kewalahan menanggapi permintaan dunia. Saat itu kita mungkin merasa nomor satu, padahal sebenarnya justru kita jalan di tempat. seperti itulah pentingnya "rival". Secara tidak langsung "rival" justru semakin memacu kita untuk meningkatkan performa. 

Apakah kita tidak bisa menjadi partner dengan Vietnam dalam hal per "kopi" an ini? tentu saja bisa. berbagai kerjasama bisa kita lakukan (pemerintahnya maksudnya) untuk bersama-sama meningkatkan produksi kopi masing-masing negara. Apalagi Indonesia dan Vietnam sama-sama merupakan negara anggota ASEAN, yang salah satu tujuan dibentuknya memang untuk meningkatkan perekonomian negara anggotanya. Lagi pula, Vietnam kan memang sudah menjadi partner kita dalam produksi kopi. Loh kok bisa? ya itu tadi, seperti yang saya tulis di paragraf sebelumnya, persaingan Indonesia dan Vietnam dalam produksi kopi berguna untuk meningkatkan produksi kopi Indonesia. Nah apakah hal ini tidak bisa disebut sebagai partner? Persaingan dengan Vietnam dalam produksi kopi secara tidak langsung telah menjadikan Indonesia dan Vietnam menjadi partner bersama. Dengan tujuan yang sama, yaitu memenuhi permintaan kopi dunia.


Jadi, kenapa harus takut memiliki rival jika ternyata rival kita itu bisa menjadi partner kita dalam mencapai suatu tujuan... 




Sumber :

1. http://www.kemendag.go.i
2. http://www.tempo.co

10daysforASEAN # day 5 #

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

© haafidhanita-forever in love, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena