Senin, 23 September 2013

Say NO for OSPEK

Pagi tadi saat perjalanan ke kantor, mataku terpaku pada serombongan mahasiswa dan mahasiswi (sepertinya ya, karena mereka berkumpul di depan kampus) yang mengenakan atribut tertentu. Baju putih, rok/celana hitam, rambut dikuncir banyak dengan karet warna-warni, kaos kaki warna warni juga, membawa tas kresek dan berkalung name tag besar. Dibelakangnya berdiri juga mahasiswa dan mahasiswi (sepertinya yang lebih senior), dengan baju hitam-hitam, sekilas terbaca di kaos hitamnya ada tulisan "tertib". Hmmm..langsung terfikir, pasti lagi ospek.

Di Indonesia, sepertinya hal ini sudah menjadi sangat lumrah, wajar, biasa. Nama resminya sich "Masa Orientasi", tapi kalau difikir-fikir apa yang diorientasi dengan kegiatan semacam ini. Aku juga pernah mengalaminya, pernah mengalami jadi yang meng 'ospek' dan pernah juga mengalami jadi yang di 'ospek'. Dan jujur saja, aku merasa ngga ada gunanya tuch. Saat aku yang di 'ospek', rasanya sebal setengah mati, disuruh melakukan hal-hal aneh yang menurutku ngga penting, bahkan kelewatan. Misalkan disuruh membawa bekal makan siang dengan menu orek tempe yang tempenya harus diiris dengan ukuran tertentu. Belom lagi pada saat makan siang, harus mengupas kulit pisang atau jeruk dengan jumlah tertentu, penting ngga siy? Pada waktu aku yang meng 'ospek' pun, aku fikir itu bukan tugas yang menyenangkan, harus teriak-teriak marah2, bikin suara serak dan tenggorokan sakit. tapi kok ya mau aja ya aku saat itu? *heran. 

Itulah, salah satu tradisi ngga penting dalam dunia pendidikan kita. Sempat terfikirkan kenapa sich ngga ada peraturan yang mengatur atau meniadakan kegiatan ospek seperti itu. Sebenarnya, masa orientasi memang perlu menurutku, tapi bukan dengan cara seperti itu. Dalam benakku, masa orientasi itu, seperti saat kita sedang berwisata dan ditemani oleh seorang "tour guide". Ada yang memberikan penjelasan tentang sekolah atau kampus, perkenalan guru/dosen, perkenalan dengan senior, pengenalan seluk beluk sekolah/kampus dan dikemas dengan kegiatan yang menyenangkan, fun dan tidak merepotkan. Bukankah hal itu akan lebih menyenangkan untuk diingat, memberikan kesan "aku ngga nyesel sekolah/kuliah disini".

Seandainya aku jadi Menteri Pendidikan, aku akan langsung menerbitkan Surat Edaran mengenai "Masa Orientasi". Surat Edarannya berisi hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh Kampus/Sekolah pada saat masa orientasi. Dirinci secara detail dan diberikan peringatan juga bahwa sekolah/kampus yang membiarkan organisasi siswa/mahasiswanya melakukan kegiatan orientasi yang tidak semestinya akan mendapat peringatan. Supaya lebih tegas, sekolah/Kampus yang melanggar aturan itu harus membuat spanduk atau pengumuman bahwa mereka telah melaksanakan "Masa Orientasi" yang tidak semestinya pada Tahun Ajaran selanjutnya. Nah kan, mana ada lagi yang berani mengadakan kegiatan seperti itu jika ada ancamannya. Jika ada yang bertanya, kenapa harus diatur, kan seru kalau diingat-ingat. Hmm...jadi alasan kita melakukan kegiatan itu hanya untuk diingat-ingat, lha memangnya kita masuk sekolah/kuliah itu tujuannya supaya ingat sudah sekolah atau kuliah gitu. Kita kan masuk sekolah/kuliah untuk mengenyam pendidikan, ya sudah sepantasnya kegiatan yang dilaksanakan di sekolah atau kampus itu bertujuan untuk memberikan kita pendidikan. Nah, kalau kegiatan ospek yang isinya dimarah-marahin senior, disuruh pakai baju warna-warni yang intinya membuat kita malu saat memakainya, membawa segala macam barang yang aneh-aneh, pendidikan macam apa yang mau ditanamkan pada generasi muda kita?Hanya satu yang diambil saat kegiatan ospek itu, bahwa seorang junior harus nurut sama seniornya apapun yang dikatakannya? apakah itu sesuatu yang mendidik? Ditambah lagi saat ini anak SMP pun harus membawa berbagai macam barang saat ospek, padahal mereka juga baru lulus SD dan akhirnya yang direpotkan adalah orang tuanya. Bukankah ini juga sesuatu yang tidak mendidik kemandirian anak. Di satu sisi, membantu anak saat ospek membuat anak tidak mandiri, namun disisi lain tidak membantu anak juga hanya membuat anak dimarahi oleh seniornya yang sama juga tidak mendidik karena yang memarahi juga masih anak-anak yang penuh emosi. Ditambah lagi, berita mengenai jatuhnya korban saat ospek di beberapa sekolah kedinasan. Apakah itu yang kita harapkan sebagai orang tua? saya rasa tidak. Itulah kenapa "Masa Orientasi" itu perlu diatur. Ini bukan masalah sepele, namun mengenai masa depan generasi muda bangsa. Apakah kita akan menjadikan generasi penerus bangsa kita hanya menjadi orang-orang yang pendendam, penuh emosi dan suka melecehkan? rasanya bukan sesuatu yang menyenangkan bukan? Jadi "Say NO for OSPEK!!!

*nulisnya berapi2 niy...:D



7 comments:

  1. Betul mbak, saya jg gemas, ini koq tradisi opspek nggak pernah betul2 dihapus ya. Saya malah khawatir ini justru membentuk mental calon2 mahasiswa yg terjajah, nunut saja meski yg diperintahkan kakak kelasnya tak masuk akal, jauh dari kesan mahasiswa yg cerdas, intelek dan terpelajar. Masak ada calon mahasiswa dibiarkan berjalan menuju kampus pake baju yg tak sepantasnya.

    BalasHapus
  2. wwoooooooooowwwwwwww... aku setujuuu :D

    mungkin kalo sistemnya diganti sih gak papa ya... :D

    BalasHapus
  3. setuju...seharusnya diganti menjadi masa orientasi yang benar-benar membentuk karakter yang baik. hayo siapa yang mau usul ke menteri..?hehe

    BalasHapus
  4. Kasihan saya lihat mereka yang ikut ospek..
    Semoga sistem pendidikan di negeri ini bisa berubah..

    Sukses dengan GAnya Semoga menang..
    Eh, di blog kami ada GA juga.. di tunngu pastisipasinya..

    BalasHapus
  5. Iya betul pak iwan. semoga bisa berubah ya..

    waa...ada GA ya? *mata ijo- merapat...

    BalasHapus
  6. Waduh, apinya nyampe bqin gerah ni :)

    BalasHapus
  7. asal ga sampe kebakaran masih gapapa ya..hehe
    terimakasih sudah mampir.. :)

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

© haafidhanita-forever in love, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena